Ini adalah hari terakhir kami singgah di dusun Karangan. Selesai packing semua barang, kami ke rumah Pak Kadus menanti Jip yang akan datang menjemput. Di bantu Pak Kadus yang turun ke perbatasan memanggil Jip, lagi-lagi kami bersyukur selalu saja ada tangan-tangan yang dikirim untuk memperlancar perjalanan kali ini. Setelah beberapa waktu menunggu, Jip yang ditunggu pun datang. Sama halnya ketika kami datang, lagi-lagi kami di kelilingi oleh warga dan anak-anak disini. Entah mengapa aku jadi terharu, mungkin inilah cara mereka menyambut dan mengantarkan tamu pulang, mereka tidak bisa mengatakan dengan bahasa yang kami paham, tapi mereka bisa menyampaikan lewat tindakan. Ah Karangan, kapan aku bisa kesini lagi ?? Rasa-rasanya aku tidak akan pernah mungkin sampai disini jika tidak pernah ada kegiatan pendakian ini. Jip pun berlalu meninggalkan dusun, diikuti oleh anak-anak yang berlari dan akhirnya menjauh..jauh..dan jauh.. Sampai Jumpa Karangan :)
Menuju Desa Bone-bone, 23 Juli 2011
Karangan bukanlah tempat terakhir yang kami datangi dalam rangka perjalanan kali ini. Next destination kami adalah Desa Bone-bone, desa bebas rokok pertama di Indonesia. Hmm..terdengar begitu sejuk di telinga. Untuk menjangkau desa ini kami harus melewati medan yang hampir sama seperti keberangkatan menuju dusun Karangan. Dengan Jip yang masih muda dan gagah, kali ini perjalanan kami bisa dibilang masuk dalam zona nyaman walaupun medannya berat,hhe.. Dusun Karangan dan Desa Bone-bone dipisahkan oleh desa yang bernama Angin-angin, namun tak semudah yang dibayangkan. Dari Dusun Karangan kami menempuh waktu kurang lebih satu jam untuk sampai di Desa Angin-angin dengan menggunakan Jip. Dari Desa Angin-angin menuju Desa Bone-bone ditempuh kurang lebih satu jam dengan menggunakan Jip hingga di perbatasan. Perbatasan ini merupakan jalan terakhir yang bisa dilewati oleh kendaraan, setelah itu kami harus berjalan kaki untuk sampai di Desa Bone-bone.
istirahat makan siang dulu :D |
lanjut gan ! bentar lagi nyampe :D |
Carrier di belakang, ransel di depan, jinjingan di tangan, sungguh bukan kondisi yang nyaman dan menyenangkan. Namun Desa Bone-bone menjadi semangat tersendiri bagi ku untuk terus melangkah. Mengingat pengalaman dan cerita apalagi yang akan aku dapatkan disana. Tujuan kami ke Desa Bone-bone adalah melakukan riset sederhana mengenai sejarah perkembangan larangan merokok yang berhasil diterapkan disana. Selain itu, kami juga akan melakukan penyuluhan dan praktek hidup bersih melalui gosok gigi dan cuci tangan bersama. Membayangkannya membuatku tak sabar ingin segera sampai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar