Dusun Karangan, 18 Juli 2011
|
eh adiknya tau aja kita lagi foto :D |
Pagi ini kami bersiap melanjutkan perjalanan lagi ke dusun terakhir di kaki Gunung Rante Mario. Sedari pagi kami mendengar suara ramai anak kecil di luar sana, astaga kami lupa kalau ini adalah hari senin tentu saja suara-suara itu berasal dari pejuang cilik yang siap menuntut ilmu. Mengendap-endap kami memutar lewat belakang sekolah agar bisa keluar lewat gerbang yang hanya ada di depan. Semua murid dan guru sedang mengikuti upacara bendera, lucunya anak-anak disini membuat aku ingat masa kecil sewaktu baru masuk SD, hahaha.. *sudah berapa puluh tahun lalu ya ~~ Sebuah angkutan kota carteran sudah siap mengantar kami melanjutkan perjalanan. Angkutan ini akan mengantar kami mencari Jip yang kemudian kami tumpangi untuk menjangkau dusun terakhir di kaki Gunung Rante Mario, dusun Karangan.
|
yak, angkutan siap berangkaaaaaat ! |
Di perjalanan yang mulai menanjak, dua kali carrier-carrier kami jatuh dari atap mobil. Beberapa kali kami harus turun dari angkutan dan jalan kaki, karena mobil tidak kuat menanjak dengan beban berlebih *maklum isinya gak hanya manusia, tapi juga bermacam keperluan tim dan pribadi selama satu minggu :D Aku lupa berapa jam tepatnya, tapi kalau tidak salah setelah tiga jam perjalanan dengan angkutan ini kami berhenti disuatu jalan desa yang sedang di perbaiki. Kami pun turun dan berjalan kaki sedikit ke tempat Jip mangkal *udah kayak banci aja :D Sopir yang sudah deal akan mengantarkan kami sedang istirahat siang, kami pun ikut bersantai sejenak.
Beberapa menit kemudian Jip siap berangkat, namun lagi-lagi sebelas anggota tim, sebelas carrier, sebelas ransel biasa, dan keperluan lainnya dalam satu jip yang sama. Nah loh bayangkan, jip yang kami naiki ini jauh lebih kecil muatannya daripada mobil yang mengantar ke Baraka. Alhasil lagi-lagi harus tumpang-tindih pake banget,hahahaha..Medan yang tidak bersahabat pun menjadi tantangan tersendiri bagi kami penumpang jip ini. Naik turun, berbatu, berdebu, hutan di kanan-kiri, menjadi teman kami selama perjalanan. Yang lebih menakjubkan ketika sungai kecil melintang di depan kami, jip ini hanya berjalan menerobos. Kami sempat khawatir dibuatnya, bagaimana tidak, kondisi jip ini sudah tidak muda lagi. Kondisi ini jelas terlihat dari atap yang harus kami pegangi karena terlihat tidak mampu menahan beratnya carrier yang diikat di atasnya. Ditambah lagi dengan beberapa bagian jip sudah keropos dimakan karat. Makin khawatirlah kami dibuatnya @@
|
penampakan jip beserta barang-barang kami |
Tiga jam perjalanan, kami hampir sampai didusun Karangan *kata bapaknya sih gitu. Namun tiba-tiba saja terasa ban mobil mengganjal sesuatu. Widda, salah satu anggota tim yang duduk di kursi depan dekat pintu berkata
"pak, ban depannya lepas" Kami yang berdesakan di kursi belakang pun hanya bisa terperangah dan bergegas turun. Dengan santai pak sopir turun dari mobil mengecek dan berkata
"oh, ini sudah biasa mas, bentar juga selesai" Antara menahan tawa dan menahan rasa khawatir kami hanya mengangguk tanda setuju, hahahaha..
|
supir jip dan ban yang copot @@ |
Dan memng benar, tidak butuh waktu yang lama bagi si bapak untuk memasang ban pada tempatnya. Perjalanan pun dilanjutkan, rumah-rumah sudah mulai tampak di kejauhan. Segerombolan anak-anak kami temui sedang berjalan menuju dusun, ada yang memakai seragam sekolah dan ada yang tidak. Mereka mengejar jip yang kami tumpangi dan mulai berloncatan memaksa bergelantung di bagian belakang mobil. Kami yang sudah sangat berdesak-desakan di belakang merasa sangat khawatir kalau-kalau mereka terjatuh ke jurang di pinggir jalan.
|
berjalan kaki sudah menjadi kebiasaan sehari-hari |
|
semacam tempat warga bersantai |
Akhirnya kami tiba di dusun Karangan. Entah apa yang salah dari kami, semua warga perlahan datang berkerumun melihat kedatangan kami. Kami pun serasa makhluk asing yang datang dari planet lain, karena sama sekali kami tidak paham dengan bahasa yang mereka gunakan. Lagi-lagi Nanang beraksi, kali ini dia menjadi
translator bagi kami,hhee.. Setelah semua barang turun dari jip, kami mendatangi rumah kepala dusun Karangan. Beruntungnya, pak Kadus adalah salah satu orang yang bisa berbahasa Indonesia disini. Warga disini belum banyak yang dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, namun mereka paham dengan apa yang kami sampaikan dengan bahasa Indonesia. Bagi mereka mungkin kami adalah orang yang sangat asing, datang dari pulau seberang yang sangat jauh dari jangkauan mereka. Namun bagiku, mereka adalah bagian dari perjalanan hidup yang akan terus aku ingat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar