Setelah perjalanan pertamaku naik-naik ke Bukit Jempol atau yang lebih familiar dengan nama Bukit Serelo, teman-teman 'gila' ku kembali mengajak menghabiskan liburan sekolah ke salah satu bukit yang terletak di perbatasan provinsi Bengkulu-Sumatera Selatan, Bukit Kaba. Berbeda dengan perjalanan sebelumnya, kali ini kami hanya berangkat dengan jumlah personel empat orang saja, dan aku adalah satu-satunya perempuan di dalamnya. Ini adalah satu hal yang kadang membuatku heran, kenapa orang tua teman (perempuan) ku tidak mengizinkan anaknya ikut bersama kami? Sedangkan orang tua ku mengizinkan dengan lapang dada, hal inilah yang kemudian mengakibatkan aku menjadi satu-satunya perempuan dalam tim, dan tentu saja selalu istimewa, haha..
Pagi yang cerah di kota Palembang.
Tim yang terdiri dari Nanda, Sanusi, Iqbal dan aku berkumpul di rumah Nanda sembari packing ulang keperluan camping. Kami berangkat ke Stasiun Kertapati dengan naik angkutan umum, ini membuatku mencium kembali bau perjalanan menyenangkan bersama tiga lelaki sahabatku ini. Pagi menjelang siang kereta yang kami tunggu pun siap berangkat, kami bergegas naik menempati lapak *maklum, waktu itu kereta ekonomi masih pake sistem rebutan. Tujuan utama kami adalah kota Lubuk Linggau yang berbatasan langsung dan berada di sebelah selatan provinsi Bengkulu. Palembang-Lubuk Linggau ditempuh dalam waktu 8jam menggunakan moda transportasi jenis ini, hari sudah gelap ketika kami sampai disana. Om dan kakak sepupuku sudah menanti di luar stasiun, malam ini kami bermalam di rumah beliau sebelum kembali melanjutkan perjalanan.
Pagi berikutnya, di kota Lubuk Linggau.
Packing selesai, perut kenyang, kami siap berangkaaaattt! Untuk menuju ke kaki bukit yang terletak di kabupaten Rejang Lebong, Curup-Bengkulu ini, kami menumpang mobil sayur dari pasar Lubuk Linggau yang terletak tak jauh dari alun-alun kota menuju ke Desa Sumber Bening yang merupakan persimpangan menuju Bukit Kaba. Dibutuhkan waktu kurang lebih 2jam untuk tiba di Desa Sumber Bening, jalan yang berkelok-kelok membuat perutku mual namun pemandangan hijau nan indah serta cuaca yang sejuk membuatku dengan cepat tertidur pulas, hehe.. Tak terasa, mobil berhenti di sebuah simpang empat jalan raya yang ramai penjual-pembeli, yaaa ini pasar Desa Sumber Bening. (1)"Kito nyampe!" teriak ku pada ketiga sahabat yang juga tampak antusias, Nanda pun menjawab (2)"Kito belom nyampe tan, naek ojek dulu ke posko". Baiklah, kami pun naik ojek dengan hasil tawar-menawar Rp 15.000/ojek hingga ke posko pendakian yang memakan waktu setengah jam perjalanan.
Pagi yang cerah di kota Palembang.
Tim yang terdiri dari Nanda, Sanusi, Iqbal dan aku berkumpul di rumah Nanda sembari packing ulang keperluan camping. Kami berangkat ke Stasiun Kertapati dengan naik angkutan umum, ini membuatku mencium kembali bau perjalanan menyenangkan bersama tiga lelaki sahabatku ini. Pagi menjelang siang kereta yang kami tunggu pun siap berangkat, kami bergegas naik menempati lapak *maklum, waktu itu kereta ekonomi masih pake sistem rebutan. Tujuan utama kami adalah kota Lubuk Linggau yang berbatasan langsung dan berada di sebelah selatan provinsi Bengkulu. Palembang-Lubuk Linggau ditempuh dalam waktu 8jam menggunakan moda transportasi jenis ini, hari sudah gelap ketika kami sampai disana. Om dan kakak sepupuku sudah menanti di luar stasiun, malam ini kami bermalam di rumah beliau sebelum kembali melanjutkan perjalanan.
Pagi berikutnya, di kota Lubuk Linggau.
Packing selesai, perut kenyang, kami siap berangkaaaattt! Untuk menuju ke kaki bukit yang terletak di kabupaten Rejang Lebong, Curup-Bengkulu ini, kami menumpang mobil sayur dari pasar Lubuk Linggau yang terletak tak jauh dari alun-alun kota menuju ke Desa Sumber Bening yang merupakan persimpangan menuju Bukit Kaba. Dibutuhkan waktu kurang lebih 2jam untuk tiba di Desa Sumber Bening, jalan yang berkelok-kelok membuat perutku mual namun pemandangan hijau nan indah serta cuaca yang sejuk membuatku dengan cepat tertidur pulas, hehe.. Tak terasa, mobil berhenti di sebuah simpang empat jalan raya yang ramai penjual-pembeli, yaaa ini pasar Desa Sumber Bening. (1)"Kito nyampe!" teriak ku pada ketiga sahabat yang juga tampak antusias, Nanda pun menjawab (2)"Kito belom nyampe tan, naek ojek dulu ke posko". Baiklah, kami pun naik ojek dengan hasil tawar-menawar Rp 15.000/ojek hingga ke posko pendakian yang memakan waktu setengah jam perjalanan.
Posko Pendakian Bukit Kaba.
Kira-kira pukul 11.00 WIB kami tiba di salah satu bangunan sederhana dengan warung seadanya. Sebelum melakukan pendakian kami wajib lapor dan membayar biaya retribusi. Sembari salah satu teman mengurus perizinan, aku berkenalan dengan anak perempuan penjaga pos yang saat itu sedang ngoceh-ngoceh sendiri dengan bukunya. Usianya kira-kira lima tahun dan mengaku belum sekolah, namun sudah pandai mengeja, aduuuh lucunya >.< yang paling tidak bisa aku lupakan adalah namanya, Anja Puspita Rinjani. Aku pun bertanya kenapa namanya seperti nama sebuah gunung ?? (3)"soalnyo ayah seneng naek gunung kak" jawabnya dengan polos. Sayang waktu berbincang ku dengan Anja harus berakhir, karena kami akan segera melanjutkan perjalanan. Sebelum memulai perjalanan, mari kita fotoooooo :D
Kira-kira pukul 11.00 WIB kami tiba di salah satu bangunan sederhana dengan warung seadanya. Sebelum melakukan pendakian kami wajib lapor dan membayar biaya retribusi. Sembari salah satu teman mengurus perizinan, aku berkenalan dengan anak perempuan penjaga pos yang saat itu sedang ngoceh-ngoceh sendiri dengan bukunya. Usianya kira-kira lima tahun dan mengaku belum sekolah, namun sudah pandai mengeja, aduuuh lucunya >.< yang paling tidak bisa aku lupakan adalah namanya, Anja Puspita Rinjani. Aku pun bertanya kenapa namanya seperti nama sebuah gunung ?? (3)"soalnyo ayah seneng naek gunung kak" jawabnya dengan polos. Sayang waktu berbincang ku dengan Anja harus berakhir, karena kami akan segera melanjutkan perjalanan. Sebelum memulai perjalanan, mari kita fotoooooo :D
Kebun belakang posko pendakian Bukit Kaba Nanda, Aku, Iqbal, dan Sanusi (dari kiri ke kanan) |
Untuk mencapai puncak Bukit Kaba yang terdiri dari 3 kawah belerang ini dibutuhkan waktu sekitar 4jam perjalanan lewat jalur pendakian, dan 2jam perjalanan dengan motor trail namun melewati jalur yang berbeda. Tidak lupa berdoa, kami memulai perjalanan dengan melewati ladang milik penjaga posko. Tidak lama berjalan, kami disambut oleh sungai kecil yang menjadi batas pintu rimba atau pintu masuk Bukit Kaba.
Sanusi dan Iqbal narsis-narsisan di pintu rimba Bukit Kaba |
Selama perjalanan, kami ditemani oleh rimbun pepohonan dan tumbuhan, jenis hutan hujan tropis yang lembab disini membuat rasa lelah tidak terlalu dirasa. Oh iya, hal yang perlu diperhatikan disini adalah langka kaki, karena jenis tanahnya yang licin dan berlumut beberapa kali sempat membuat kaki ku terpeleset. Lima jam kemudian setelah melewati vegetasi yang cukup rapat, akhirnya kami tiba di camping ground. Di tempat ini terdapat sebuah kubah persegi yang tidak terlalu besar, kubah ini berfungsi sebagai pos pemantauan aktifitas gunung berapi dikarenakan beberapa kawah di puncak bukit ini masih aktif. Setelah mendirikan camp, kami kembali memulai aktifitas dengan shalat Maghrib berjamaah dan masak makan malam. What a beautiful night!
Pagi berkabut di Bukit Kaba.
Dingin menusuk tulang ketika pagi menjelang, masak pagi bersama adalah kegiatan pertama kami hari ini. Nasi sarden lauk nugget, menu spesial dari Nanda sang koki, hehe.. Menikmati sarapan di tengah sahabat diiringi senda gurau, emang paling jossss! haha.. Bau belerang dari puncak Bukit Kaba seolah menyuruh kami cepat-cepat menghabiskan sarapan dan segera menuju kesana. Aku, Iqbal, dan Sanusi bersiap menuju ke puncak bukit. Nanda yang sebelumnya sudah pernah kesana menawarkan diri untuk tinggal, karena suara-suara siamang dari kejauhan membuat kami khawatir meninggalkan camp dalam keadaan kosong.
Sayang seribu sayang, baterai handphone-ku lowbat sehingga kegiatan potret-memotret terpaksa disudahi. Dua hari satu malam yang sangat berkesan. Terima kasih teman-teman kesabarannya menghadapi aku :D
Catatan:
terjemah kalimat, Palembang-Indonesia:
(1) "Kita sampai!"
(2) "Kita belum sampai tan, naik ojek dulu ke posko"
(3) "Karena ayah suka naik gunung kak"
Dingin menusuk tulang ketika pagi menjelang, masak pagi bersama adalah kegiatan pertama kami hari ini. Nasi sarden lauk nugget, menu spesial dari Nanda sang koki, hehe.. Menikmati sarapan di tengah sahabat diiringi senda gurau, emang paling jossss! haha.. Bau belerang dari puncak Bukit Kaba seolah menyuruh kami cepat-cepat menghabiskan sarapan dan segera menuju kesana. Aku, Iqbal, dan Sanusi bersiap menuju ke puncak bukit. Nanda yang sebelumnya sudah pernah kesana menawarkan diri untuk tinggal, karena suara-suara siamang dari kejauhan membuat kami khawatir meninggalkan camp dalam keadaan kosong.
Iqbal, Aku, dan Sanusi sebelum tiba di bibir kawah |
Aku juga narsis loh, kadang-kadang sih :D |
terjemah kalimat, Palembang-Indonesia:
(1) "Kita sampai!"
(2) "Kita belum sampai tan, naik ojek dulu ke posko"
(3) "Karena ayah suka naik gunung kak"