Kamis, 16 Mei 2013

Surat Singkat Untuk Ayah

Hai Ayah,
apa kabar di usiamu yang ke-58 tahun?
apa rambut Ayah sudah mulai memutih?
apa guratan halus keriput mulai bersarang di wajah Ayah?
mulai merasa nyeri pinggang?
tekanan darah dan gula tetap normal kan, Yah?

Miris rasanya karena aku hanya bisa melayangkan sederet pertanyaan tentang keadaan beliau. Hari ini usia ayah bertambah satu angka lagi hingga sama dengan lima puluh delapan tahun. Setengah abad lebih, Ayah bukan pria muda lagi yang bisa menggendong aku jalan-jalan ke pasar pagi, seperti yang dulu kami lakukan bersama ibu. Sewaktu kecil, dari ketiga anaknya akulah yang paling dekat dengan ayah. Diajak kemana-mana di akhir pekan, dibelikan ini-itu sepulang kerja, dibonceng jalan-jalan naik vespa, karena pada waktu itu kedua saudaraku sudah mulai beranjak dewasa.

Seiring bertambahnya usia, aku tumbuh dengan pemikiran dan kesibukanku sendiri, sehingga kami tidak banyak berbicara dan menghabiskan waktu bersama lagi. Hingga akhirnya Tuhan memanggil Ibu kembali. Di tinggal sosok istri dan ibu adalah satu hal yang membuat kami sama-sama terpukul. Masa sulit itu membuat segalanya bertambah buruk, aku dengan ego remajaku dan ayah dengan ego lelakinya. Syukur, pada akhirnya ada satu titik balik yang membuat kami akhirnya sadar bahwa ego harus dikalahkan. Hubungan ayah-anak pun menjadi dekat kembali. Sempat terpikir di benakku, haruskah kita merasa kehilangan terlebih dahulu agar mengerti arti kebersamaan? *silahkan jawab sendiri :)

Selamat Ulang Tahun Ayah! aku selalu bangga menjadi anakmu :)
Faktanya :
oOo Ayah di tulisan ini sebenarnya adalah seorang pria yang ku panggil bapak, tapi biar lebih ear-catching aku ganti deh jadi "ayah" hehe..yang penting kan maksudnya sama ;)
oOo Beruntung aku bisa dapet foto berdua sama bapak, diambil via webcam laptop dengan buru-buru pas si bapak lagi ngeliat :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar