Selasa, 31 Juli 2012

artjog, melihat seni secara langsung

Yogyakarta kota seni. Tidak berlebihan rasanya jika aku sebut begitu. Beruntung bisa menjadi salah satu bagian di dalamnya. hampir setiap tahun, bulan, minggu, bahkan hari selalu ada agenda seni yang diselenggarakan. Salah satu agenda seni tahunan kota Yogyakarta adalah Artjog. Artjog yang merupakan singkatan dari Art of Jogja merupakan pameran barang seni hasil karya seniman dalam maupun luar Jogja.

Rasa penasaran kali ini membawaku ke Taman Budaya Yogyakarta untuk melihat-lihat. Dan decak kagum tidak hentinya aku lontarkan. Bermodalkan kamera analog yang aku gunakan dalam tahap belajar, beberapa gambar berhasil aku cetak. Ini dia.

pajangan pertama yang aku lihat
pohon kehidupan, full of colour ?
berbagai macam merk barang dan jasa, ada merk kamera analog ku juga loh :D
bohlam bekas juga punya nilai seni :)
hujaaaan, ini cuma efek pencahayaan loh, percaya?
aku dengan poster keramaian kota di belakangnya
Aku yang gak ngerti seni ini, seketika jatuh cinta dan berkata dalam hati "tahun depan wajib dateng lagi".

Minggu, 29 Juli 2012

mencuci mata di kota tetangga, Solo

Solo, entah sejak kapan pengen banget kesana daaaan baru kemaren ini kesampean. Menurut informasi seorang teman, kota yang bertetanggaan dekat dengan Jogja ini merupakan surganya kuliner dan barang jadul, ini nih yang terdengar menggiurkan bagi aku,hehe.. Suatu siang di kamar kost tercinta, bersama seorang teman kuliah yang juga seneng barang jaman dahulu kala, kami berencana mengunjungi Pasar Tri Windu Solo untuk sekedar mencuci mata dan membilas otak dengan melihat-lihat barang antik disana. Hari dan tanggal sudah ditentukan, tinggal eksekusi.

Hari yang ditunggu tiba, sejak malam sebelumnya aku mencoba menghubungi temanku tapi tidak kunjung berbalas :| Dengan semangat menggebu-gebu, akhirnya aku tetap berangkat ke Solo ditemani oleh Adhi *adik angkatan ku. Prambanan Ekspress atau yang biasa disebut kereta Prameks, menghantarkan kami berdua ke Stasiun Solo Balapan hanya dengan satu jam saja *promosi. Berbekal helm yang sudah dibawa-bawa dari Jogja, kami menanti jemputan Chiko *adik angkatanku juga yang bersedia menjadi penunjuk jalan selama kami disana. Tidak lama kemudian Chiko datang dengan temannya menggunakan dua sepeda motor, tidak mau membuang waktu kami langsung menuju Pasar Tri Windu.

Ada banyak keajaiban di pasar ini, semuanya membuat hati ini gundah gulana, pengen tapi gak mampu beli *miris alhasil yaaa emang cuma cuci mata.

gak kayak pasar, Tri Windu lebih mirip rumah
ini lapak yang paling menarik perhatianku, full of camera !
dan ini adalah nyata !
walaupun gak beli, boleh loh icip-icip pegang barang antik,hehe..
Tidak ada yang sia-sia bung! aku berhasil mengantongi kamera analog ini untuk jadi teman Minolta x300S ku, hanya dengan Rp 50.000,- saja pemirsa..senangnya!

teman baru saya, Fujica M1
Tidak berlama-lama, aku dan Adhi harus segera kembali ke Jogja karena jadwal kereta terakhir yang berangkat kesana sudah mepet jam *emang cuci mata bikin lupa waktu,ckck.. Ngebut-ngebutan di kota orang, tetep aja kami berdua ketinggalan kereta :| Karena satu dan lain hal, sebelum matahari terbenam kami harus sudah ada di Jogja maka jalan terakhir adalah naik bus. kembali diantar oleh Chiko dan temannya, kami menuju Terminal Tirtonadi Solo. Walaupun belum sempat keliling kota dan icip-icip makanan, yang terpenting udah nyampe juga impian nginjekin kaki di kota Solo,haha.. Oiyaa, adik-adik ku yang ganteng makasi ya sudah menemani perjalanan kali ini, spesial buat kalian berdua ni :

Chiko, sang pemandu
Adhi, teman seperjalanan

Jumat, 27 Juli 2012

berpisah itu menyakitkan, tapi harus #edisi celebes

Desa Bone-bone, 26 Juli 2011
Pagi buta (masih) di rumah Pak Idris, kami sudah siap dengan semua alat perang,hhe.. Hari ini kami akan melakukan pengabdian masyarakat kecil-kecilan yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan kami. Simpel, cara cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar, namun semoga bermanfaat besar bagi para malaikat kecil penerus bangsa di SD nun jauh ini.

gerbang menuju masa depan, SDN 159 Bone-bone
Sekolah Dasar Negeri 159 Bone-bone, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan : tempat ini adalah satu-satunya sekolah yang ada di desa Bone-bone. SMP ? SMA ? belum ada, sehingga untuk meneruskan sekolah ke tingkat lanjut anak-anak disini harus menempuh perjalanan hingga ke desa tetangga. Jangan ditanya seberapa jauh jaraknya, akan lebih cepat jika ditempuh dengan kendaraan tentunya. Inilah potret kehidupan sebagian kecil masyarakat di Indonesia, jauh dari fasilitas yang memadai bahkan hanya untuk bersekolah pun mereka bingung hendak kemana. Tidak meratanya pendidikan perlu menjadi agenda dan tugas besar bagi setiap warga di negara ini untuk memperhatikan dan mencari solusinya. Adalagi hal yang membuatku tertegun, guru yang mengajar di sekolah ini hanya ada empat orang saja untuk mengajar di enam kelas. Dua orang berdomisili di Bone-bone sekaligus menjadi penjaga dan pengurus sekolah, yang dua lagi harus menempuh perjalanan berjam-jam untuk sampai di SD ini. Setiap hari beliau rela bolak-balik demi membagikan ilmu yang mereka punya. Subhanallah..

kenalan dulu yok sama Pak Guru, hehe..
Ayu dan Widda memberikan pengarahan cara sikat gigi yang baik dan benar
Sebelum melakukan praktek cuci tangan dan gosok gigi bersama, beberapa dari kami masuk ke kelas untuk perkenalan dan memberikan pengarahan, sedangkan yang lain mempersiapkan perlatan dan tempat. Sesi pertama membuat kami sedikit kesulitan, anak-anak kelas satu hingga kelas tiga banyak yang belum bisa berbahasa Indonesia sehingga terjadilah semacam bahasa isyarat ketika mereka berbicara kepada kami. Anak-anak ini juga masih malu-malu dengan kedatangan kami, namun ini semua tidak lantas membuat kami berantakan walaupun begitu acara tetap berlangsung lancar sesuai rencana. Sesi dua membuat kami sedikit lebih santai, anak-anak kelas empat hingga kelas enam sangat komunikatif sehingga suasana pun mencair dengan canda tawa dan tentunya berakhir lancar sesuai rencana.

antri dulu ya adik-adik :)

sikat ayo sikat :D

nah sekarang cuci tangannya juga ya :)

foto bersama di SDN 159 Bone-bone, senyuuuuum !
Hari yang sangat menyenangkan, entah kenapa setiap melihat canda tawa anak-anak membuatku lupa akan segala hal. Dan membuatku ingin berlama-lama bersama mereka. Namun sayang, lagi-lagi waktu yang harus memisahkan. Hari ini terakhir kalinya kami berkegiatan di Bone-bone. Sore nanti truk sayur akan datang karena bertepatan dengan hari pasar, kami pun menumpang hingga ke kota. Semua barang sudah ter-packing rapi, truk pun telah datang, ah rasanya aku tidak ingin pulang, aku sudah merasa nyaman disini. Berpamitan dengan ibu dan adik-adik membuatku ingin meneteskan air mata pertanyaan demi pertanyaan pun muncul di benakku. Kapan kesini lagi ? Kapan bisa bertemu lagi ? Kapan, kapan, kapan ? Berpisah itu menyakitkan, tapi harus kami lakukan karena setiap manusia memang memiliki jalan berbeda untuk hidupnya, dan jalan kami adalah kembali ke Jogja untuk menuntut ilmu.

tim bersama istri dan anak bungsu dari Pak Idris
*Pak Idris belum pulang kerja
bersama Pak Idris
*gak sengaja ketemu di perbatasan desa
Seiring dengan lambaian tangan kecil anak Bone-bone pada kami, teriring pula doa agar apa yang kami lakukan dapat membawa manfaat bagi semua warga disini. Subhanallah, betapa mereka semua sangat menginspirasi, semoga aku pun dapat mengambil pelajaran dari keajaiban mereka. 
sampai jumpa lagi Bone-bone :)
Truk ini akan membawa kami ke kota Cakke, tempat tinggal keluarga Nanang. Nanang yang sewaktu menemani kami baru saja tiba dari Medan karena mengikuti acara Temu Wicara Mapala se-Indonesia, bermaksud untuk menemui keluarganya sebentar untuk memberi kabar. Kami yang menganggap Nanang adalah kompas, sudah pasti kami ikut saja, hhee.. Dari Cakke kami melanjutkan perjalanan pulang dengan men-carter angkutan umum (lagi).

Samalona, pulau kecil menawan hati #edisi celebes

Makassar, 27 Juli 2011
Bangun pagi, mandi, sarapan, jalan-jalan :D Sembari menanti jadwal keberangkatan kapal yang akan membawa tim kembali ke Pulau Jawa, tentu saja kami tidak menyia-nyiakan waktu dua hari untuk menikmati kota Makassar. Berdasarkan rekomendasi Baso (Ketua KORPALA) terdapat sebuah pulau kecil di seberang kota Makassar yang memiliki pemandangan indah dan cocok untuk bersnorkling ria. Kami pun tertarik setelah melihat beberapa koleksi foto pribadi milik Baso. Setelah sarapan kami berangkat dengan angkutan umum entah kemana, pokoknya ngikut Kak Baso, Kak Ratna, dan Kak Nadia, hehe..

Angkutan kami berhenti di sebuah jalan raya yang tidak terlalu lebar namun ramai pejalan kaki, kendaraan dan pertokoan di kanan kirinya. Dari sini tak tampak tanda-tanda adanya pelabuhan apalagi kapal. Baso dkk menuntun kami berjalan memasuki sebuah gapura yang ternyata adalah pintu masuk ke sebuah dermaga kecil. Disinilah kami dapat menemui perahu motor yang akan mengantar menyeberang. Satu per satu dari kami menaiki perahu, karena jumlah yang lumayan banyak kami menggunakan dua perahu untuk sampai disana.
siap menyeberang ? action :D
Aku sempat takut ketika perahu terasa oleng oleh ombak *maklum gak bisa renang ~~ Setelah kurang lebih lima belas menit berada di kapal kecil bermotor, akhirnya kami tiba di daratan, 
yuuuuup Pulau Samalona, welcome !
selamat datang di samalona !
Pasir pulau ini putih, karangnya bagus, suasananya sangat tenang. Aku bukanlah maniak pantai, gak bisa snorkling apalagi renang *sial ! tapi untungnya gak takut main air di pinggiran, hhee... Tapi seketika aku bergumam dalam hati "aku suka pantai !" ketika menginjakkan kaki di pulau ini. Bagaimana aku tidak suka, ini nih penampakannya, so amazing !




Samalona tidak terlalu luas, hanya ada beberapa kepala keluarga dan bangunan di pulau ini, dalam waktu dua puluh menit saja kita sudah bisa mengelilingi seluruh pulau. Begitu sampai di salah satu rumah sewa, kami duduk sesaat menikmati angin sepoi-sepoi di Samalona. Beberapa menit kemudian, makan siang yang dipesan pun selesai dimasak. Akhirnya kami  putuskan untuk makan siang terlebih dahulu sebelum terjun bermain air. Menu khas pulau ini adalah ikan ? hmm.. ikan apa ya namanya, aku lupa @@ Ikan bakar, buncis tumis, sambal pedas maha dahsyat membuat siang terasa makin panas.


ludes..des..des..tanpa sisa :D
Makan siang selesai, saatnya bermain air, yeaaay.. Dengan menyewa sebuah canoe kami bermain di pinggiran pulau. Berendam, renang-renang, snorkling, duduk main pasir, serasa kembali ke masa kecil,hehe..

entah kenapa, ini adalah salah satu foto favorit saya :)
Perlahan matahari mulai kembali turun ke garis cakrawala di kejauhan, sebagai tanda kami harus segera mengakhiri suasana menyenangkan ini dengan terpaksa. Seolah belum mau ditinggalkan, pulau ini memberikan salam terakhirnya dengan menyuguhkan sunset sebelum akhirnya kami bertolak kembali ke Makassar.



Selamat tinggal Samalona, ketika aku mendengar lagu Samalona-Imanez sudah pasti aku bisa membayangkan mu kembali :)

Rabu, 25 Juli 2012

satu hari di ladang padi #edisi celebes

Desa Bone-bone, 25 Juli 2011
Hari ketiga di desa Bone-bone, kami makin terbiasa menjalani rutinitas disini. Hari ini ada panen padi di ladang  yang terletak tidak jauh di atas desa. Kami tahu informasi ini dari Pak Idris yang semalam ngobrol bersama sehabis makan malam. Pagi ini rumah Pak Idris tampak sepi, bapak ke kantor bupati, ibu ke kebun kopi, sedangkan adik-adik sekolah dan ada yang ikut ibu ke kebun. Kami pun beranjak dari rumah menuju ladang sehabis membersihkan peralatan makan tadi pagi.

Terik matahari tampak tak bersahabat, namun tidak menyurutkan semangat kami untuk ke ladang. Di kejauhan tampak titik-titik kecil manusia di tengah ladang, betapa manusia sangat kecil hanya dari jarak pandang beberapa ratus meter apalagi di mata Tuhan ya ???

ladang dari kejauhan
Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya kami berada di tempat yang sama dengan titik-titik kecil di kejauhan tadi,hhe..Kami berpencar agar dapat berbaur dengan warga, sembari ikut membantu kami pun berbincang tentang penerapan aturan larangan merokok di desa ini. Panen padi kali ini merupakan pengalaman pertama bagiku, tau ani-ani ? baru kali ini aku tahu bentuk dan wujudnya *memalukan Bagaimana tidak, sejak lahir aku hidup dan tinggal di daerah perkotaan yang bahkan tidak ada ladangnya sama sekali.

bapak ibu maaf saya merepotkan :D
warga gotong royong panen padi


indahnya kebersamaan
istirahat dulu ah, ternyata capek juga ya, hehe..
Menjelang siang, datanglah serombongan ibu-ibu yang tampak beriringan dari kejauhan. Tahukah anda ? ternyata para ibu tersebut datang membawa makan siang untuk warga yang ada di ladang. Selain para ibu adapula anak-anak yang ikut serta membantu. Berhubung juga berada di ladang, maka kami pun diajak santap siang bersama. Senda gurau canda tawa ini tidak akan pernah ku lupakan, makan siang terhangat yang pernah aku rasakan, di tengah hamparan padi dan di antara mereka orang-orang hebat yang menginspirasi.

seorang ibu tampak sedang mengambil piring makannya
gak ada air putih, yang ada kopi, kopi, dan kopi :D
Senda gurau canda tawa ini tidak akan pernah ku lupakan, makan siang terhangat yang pernah aku rasakan, di tengah hamparan padi dan di antara mereka orang-orang hebat yang menjadi inspirasi selanjutnya.

Selasa, 24 Juli 2012

bone-bone, tanpa asap tanpa penyakit #edisi celebes

Desa Bone-bone, 24 Juli 2011
Pagi dingin di Desa Bone-bone, membuatku malas mandi *alasan aja, padahal emang males mandi :D Pagi ini kami masak sarapan bersama ibu, bagian ini juga yang aku suka : masak-masak,hahahaha.. Selesai memasak , kami duduk dan sarapan bersama keluarga Pak Idris, termasuk juga lima anak perempuan bapak yang masih kecil-keil dan lucu. Suasana ini membuatku semangat sarapan di tengah-tengah keluarga besar Pak Idris, sungguh inilah yang aku tunggu selama ini.

dapur di pagi hari
makannya pake nasi merah, hmm..yummy
Agenda kami hari ini adalah melakukan riset sederhana dan mengurus perizinan ke Sekolah Dasar yang akan dijadikan sebagai tempat penyuluhan besok lusa, dan tim pun dibagi dua. Aku kebagian tugas mewawancarai warga, bersama Incem kami pun mulai berjalan-jalan di desa yang tidak terlalu luas ini untuk mencari target. Tidak butuh waktu lama bagi kami berdua, beberapa warga yang sedang bersantai di sekitar rumah menjadi target utama, hhe.. dan tugas pun selesai.

sehabis mewawancara ibunya, foto dulu dengan anaknya, hhe.. (oleh incem)
ini foto diambil waktu ngurus perizinan di SD (oleh viema)
Desa terlihat sepi siang hari ini, karena sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani, sehingga siang hari adalah waktu yang tepat untuk bertani ataupun berladang. Selain itu, hari ini warga sedang melakukan gotong royong membersihkan jalan desa, beberapa anggota tim kami pun ikut terjun langsung dalam kegiatan tersebut.

widda dan viko, yang rajin yaaaaa :p (oleh heri dan kris)
istirahat siang warga yang sedang gotong royong
Dari informasi yang kami dapat, desa ini mulai menerapkan larangan merokok sejak tahun 2000. Memang bukan hal yang mudah, namun berkat niat dan usaha semua warga akhirnya peraturan tersebut dapat berjalan hingga saat ini. Bagi warga yang ketahuan merokok akan dikenakan sanksi sosial, antara lain membersihkan wc umum, membersihkan masjid ataupun membersihkan jalan desa. Larangan merokok ini membawa keuntungan tersendiri bagi warga, selain menghemat pengeluaran, warga pun merasa lebih sehat dan jarang terkena penyakit karena tidak terpapar nikotin secara pasif apalagi aktif. Wah, kapan ya peraturan ini dapat diterapkan di Indonesia ???


Kegiatan pertama di Desa Bone-bone berlalu, ditutup dengan makan malam bersama keluarga Pak Idris. Selesai melakukan evaluasi kegiatan hari ini, kami pun briefing untuk kegiatan esok. Malam semakin larut kami pun kembali ke kamar masing-masing dan beristirahat untuk menyambut kegiatan lain besok pagi.

Senin, 23 Juli 2012

yang dinanti-nanti #edisi celebes

Desa Bone-bone, 23 Juli 2011
Akhirnya setelah berjalan kaki selama kurang lebih empat jam, kami tiba di Desa Bone-bone. Desa ini terlihat lebih maju dibandingkan dusun Karangan. Beberapa anak-anak yang kami temui tampak malu-malu mencuri lihat ke arah kami. Sambil berbisik dan tertawa kecil mereka memandangi kami dari kejauhan, mendadak lelahku hilang melihat tawa mereka. Sebuah Sekolah Dasar terlihat sepi ketika kami lewat, ini adalah sekolah yang akan kami jadikan tempat penyuluhan.

foto ini diambil setelah beberapa hari berada di Bone-bone
karena plang ini berada di pintu masuk desa, sedangkan kami datang dari arah belakang desa
Masuk ke tengah-tengah desa, tampak beberapa ibu-ibu bermukena sedang berkerumun di sebuah mobil bak terbuka. Ternyata sore itu datang sebuah mobil bak terbuka membawa dagangan berupa alat-alat rumah tangga. Maklum, desa ini jauh dari kota sehingga ada hari-hari tertentu bagi masyarakat agar dapat berbelanja keperluan sehari-hari. Senin dan Kamis adalah jadwal truk datang untuk mengangkut warga yang ingin berbelanja ke pasar. Dan pemandangan ini ternyata adalah hal biasa di desa Bone-bone, ibu-ibu tadi baru saja selesai shalat berjamaah di masjid yang sedang dibangun kala itu.

mobil jual-beli keperluan rumah tangga hanya ada dua minggu sekali
"wah ini yang dari jakarta yaaa" kata seorang ibu yang melihat kedatangan kami. Berbeda dengan Karangan, di desa ini mayoritas warga sudah lancar berbahasa Indonesia sehingga lebih mudah bagi kami untuk berkomunikasi. "dari Jogjakarta ibu, bukan dari Jakarta" kata Incem membenarkan. Sebelum datang kesini, jauh sebelumnya kami sudah memberi kabar kepada kepala desa bahwa kami akan datang untuk melakukan riset sederhana dan penyuluhan hidup bersih. Ternyata warga satu desa pun sudah tahu akan hal tersebut dan sudah menanti kedatangan kami sejak lama. Maaf..maaf..karena pelaksanaan kegiatan kami mundur dari jadwal sebelumnya. Beberapa warga mengira kami datang dari Jakarta, mungkin karena ada kesamaan pengucapan pada kata Jogjakarta dan Jakarta yaaa,hhe..

rumah tempat kami tinggal, rumah Kepala Desa Bone-bone : Pak Idris
Pak Idris, nama seorang bapak yang memimpin desa ini alias Kepala Desa Bone-bone. Rumahnya adalah tujuan utama kami ketika sampai disini. Berbekal informasi dari warga, kami mendatangi rumah Pak Idris. Kami disambut hangat oleh istri beliau, Pak Idris sendiri belum pulang dari kantor Kabupaten Enrekang. Kami pun beristirahat sembari menikmati pemandangan alam yang indah di sekitar desa ini. Seperti sebuah lingkaran, desa ini dikelilingi oleh barisan pegunungan latimojong sehingga udaranya pun sejuk ditambah sejuknya udara tanpa asap rokok disini. hmmm...