Minggu, 07 Oktober 2012

It's now RAINING !

Outside it's now raining 
and tears are falling from my eyes 

why did it have to happend 
why did it all have to end


Bukan, bukan galau, Alhamdulillah saya baik-baik saja tidak sedang menggalau-ria,hahahaha :D Lantas ada apakah dengan kalimat tersebut ? Jogja berhati nyaman sudah lama tidak di guyur hujan, nah ini adalah hujan pertama di siang hari yang lumayan deras. Setelah sekian lama menjalani siang dengan berpanas-panas ria akhirnya hujan mampir juga. Ya anggap saja posting ini adalah wujud rasa syukurku atas hujan yang datang. Alhamdulillah.. 

Nah entah kenapa malah jadi inget lirik pertama bait lagu ini nih begitu lihat hujan di jalan sana. Susunan kalimat asing di atas merupakan salah satu bait lirik lagu yang dinyanyikan oleh Emilia. Salah satu lagu yang menginspirasi bagiku, lagu ini pertama kali aku dengar hmm.. kira-kira sewaktu aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar *udah lama yak @@ Lagu ini kembali terdengar tidak asing di telinga ketika aku menonton sebuah acara televisi yang menggunakan lagu ini sebagai backsound. Berbekal lirik yang tertangkap telinga seadanya, Mbah Google adalah jawaban. Sedari SD sampai kuliah aku baru tahu ternyata judul lagu tersebut adalah Big Big World, search video klip dan search lirik adalah langkah pertama, next step download gratisan dan putar berkali-kali *ini nih kebiasaan kalo lagi seneng sama satu lagu,hahaha..

Lagu ini memang agak sedikit 'melow', mungkin sebagian orang yang pertama kali membaca atau mendengar liriknya akan mengira ini lagu galau tentang sepasang lawan jenis yang terpisah. Tapi yakinlah, lebih dari itu lagu Big Big World punya pesan yang dalam dan patut dicontoh terutama oleh para wanita yang seringkali di cap lemah, buktikan wanita bisa !!!! *loh kok jadi kayak kampanye ~~ Penasaran ? silahkan klik disini ya buat baca liriknya lebih lanjut dan silahkan temukan pesanmu sendiri :D




Senin, 17 September 2012

sepuluh menit, untuk sebuah puisi


Aku mendengarmu berbisik di balik Puncak megahmu
Memanggil-manggil ke negeri di atas awan
Tergesa-gesa ku seret tubuh lemahku
Menapaki tiap kesabaran yang kau janjikan
Aku yakin kau tak kan pernah mengingkarinya

Setiap jengkal langkah adalah keberanian
Keberanian melawan ketidakberdayaan
Setiap tetes peluh adalah pengorbanan
Pengorbanan atas suatu impian
Itu yang kau katakan padaku

Perlahan cahaya petang meredup dari pandangan,
Berganti langit muram menyaksikan malam,
Gemericik air berkejar-kejaran membasahi kehidupan,
Angin pun turut serta menghujam tiap persendian tulang,
Aku tahu inilah caramu menyambutku

Bentangan eddelweis mu selalu membayangi,
Membuat diri ini ingin segera bersandar pada keabadiannya,
Menyaksikan mentari perlahan naik bersamamu,
Mandalawangi …
Aku cinta pada caramu menyadarkanku

Mandalawangi, Gunung Pangrango 2011 - Tanti

*Bongkar-bongkar folder lama di laptop eh ketemu puisi di atas yang ku buat sebagai tugas menulis cerita perjalanan yang menjadi kebiasaan di MAPAGAMA. Kala itu kami (cewek-cewek MAPAGAMA) baru saja sampai di Jogja setelah mendaki Gunung Pangrango di Jawa Barat dalam rangka memperingati Hari Kartini. Tidak ada banyak waktu untuk menulis cerita, Mandalawangi berhasil membuatku menyusun sebuah puisi hanya dalam sepuluh menit saja. WOW, padahal dalam keseharian ini bukan pekerjaan mudah bagi saya bung !

Rabu, 12 September 2012

pohon beringin jadi saksi

Dua tahun berlalu, ini kedua kalinya kami berkumpul dan akhirnya jalan bareng lagi. Susahnya minta ampun buat nyatuin jadwal ketemu yang kebetulan kami memang studi di jurusan berbeda, fakultas berbeda, walaupun universitas sama. Pertengahan tahun 2009 kami di pertemukan di deret-deret pintu kamar di satu rumah yang sama. Entah bagaimana cerita pasti kami berkenalan, yang pasti adalah kami teman satu kos dan berteman akrab. Merasa senasib sepenanggungan, jauh dari rumah, jauh dari keluarga, dekat sama kampus *loh. Kami yang pada saat itu adalah Maba (Mahasiswa Baru) dan warga baru Jogja mulai penasaran dengan segala hal yang ada di kota ini. Mulai dari nyari makan, jalan-jalan, beli ini-itu, tidur, bahkan curhat kami pun sering bareng, hehehe.. 

Empat semester bersama, akhirnya satu per satu dari kami bermaksud pindah mencari tempat huni yang lebih nyaman. Imma ngontrak rumah bersama teman sesama fakultasnya, aku pun pindah ke tempat yang lebih dekat dengan fakultas. Sedih kalo inget harus pindah kos, mereka keluarga kecil pertamaku di rantau. Seneng di ketawain, sedih di hibur, males di semangatin, sakit di rawatin, curhat di dengerin. Belum ketemu tandingannya di dua kali aku pindah kos. Semester lalu, ternyata Elly juga pindah kos jadi tinggal Nuri dan Wiwid deh di antara kami berlima yang masih setia tinggal disana.

Tanpa rencana, kemarin sore pesan singkat dari Nuri masuk ke ponsel ketika aku sedang part time. "Tantiii, ntar aku mw nginep di tmpt ima. Mw ikut?" tanpa banyak tanya aku pun langsung membalas tanda setuju. Sepulang kerja aku pun langsung datang ke kontrakan Imma yang tidak jauh dari kos. Sesampainya disana sudah ada Nuri dan Wiwid yang lagi makan malam dan tidak lama kemudian Elly pun datang. Horeee pesonilnya lengkap :D Setelah semuanya berkumpul, kami memutuskan untuk menghabiskan waktu di alkid  alias alun-alun kidul (Alun-alun selatan Keraton Yogyakarta). 

alun-alun selatan Keraton Yogyakarta
Pernah dengar cerita tentang dua pohon beringin disana ? Jadi gini, di tengah-tengah alkid terdapat dua pohon beringin besar yang letaknya menyerupai sebuah gerbang. Ada sebuah mitos tentang kedua pohon ini, jika kita berhasil lewat di antara keduanya dengan mata tertutup maka apa yang kita rencanakan akan berjalan lurus. Kemudian hal tersebut lebih dikenal dengan sebutan masangin, berjalan melewati kedua pohon beringin dengan mata tertutup. Jarak di antara keduanya lumayan jauh sekitar 10 meter, dengan kasat mata kita pasti yakin mampu melewatinya, ini kedua kalinya aku mencoba dan tetap gagal. Aku tidak tahu pasti apa hanya perasaan saja atau pengaruh mitos yang terlalu bergentayangan di kepalaku. Ketika mulai berjalan dengan mata tertutup mendadak suasana sekitar yang tadinya ramai menjadi hening seperti ada sekat di antara kami. Selama berjalan aku selalu memanggil-manggil teman-temanku ini agar aku yakin bahwa mereka memang masih ada di sekitarku. Bukannya berhasil melewati pohon, aku malah berputar arah padahal aku yakin benar langkahku lurus ke arah pohon. Tidak satu pun di antara kami berlima berhasil melewati kedua beringin ini. Hmm.. boleh percaya boleh tidak, namanya mata di tutup ya wajarlah jalannya melenceng, hehehe.. Penasaran ?? Ayo ke Jogja dan coba !

Nuri dan yg lain selalu di dekatku, tapi rasanya bener-bener sendiri
Imma yang terakhir kali nyoba, gagal juga
capek abis masangin, wajib hukumnya bagi kami untuk foto-foto, hahahaha :D

wiwid-nuri-imma-elly (kiri ke kanan)


bayang sahabat :)
boleh dong narsis juga :p
Destinasi terakhir kami kali ini adalah, Ronde. Ronde adalah salah satu minuman khas Jogja, satu mangkok kecil berisi air jahe hangat dengan potongan roti tawar, kacang tanah sangrai, potongan kolang-kaling, dan dua buah ronde (bola-bola dari sagu yang berisi kacang). Cukup dengan lima ribu rupiah saja kita sudah bisa menikmati minuman hangat kesukaanku ini. Sembari mengobrol tidak terasa ronde di mangkok habis tak bersisa, pengamen pun sudah selesai bernyanyi. Jam di tangan menunjukan angka 01.42 WIB, waktunya kembali ke kontrakan Imma. Perjalanan sederhana namun bermakna, bersama empat orang teman luar biasa kami mengawali pagi. Semoga masih ada perjalanan selanjutnya :)

Sabtu, 08 September 2012

makanan ala Palembang #bagian 1

Pempek Adaan dan Pempek Kulit Rp 1.000,-/buah
Pempek. Siapa yang belum tahu sama makanan yang satu ini ??? Setiap orang yang tahu Palembang pasti mengenal makanan khasnya adalah pempek. Pempek terbuat dari adonan sagu dan ikan tenggiri giling (bisa juga ikan lain tapi tertentu) yang ditambah garam secukupnya. Adonan yang telah jadi kemudian di bentuk sesuai macam dan di rebus. Pempek yang dibentuk memanjang tanpa isi namanya Pempek Lenjer, Pempek Kerupuk di cetak dengan alat khusus sehingga berbentuk seperti cacing yang kemudian di ambil segenggam dan dibentuk bulat-bulat. Adapula pempek dengan berbagai macam isi antara lain Pempek Telur (disebut kapal selam kalo yang ukuran besar), Pempek Tahu, Pempek Kates (pepaya muda), Pempek Udang. Nah adalagi pempek dengan jenis yang berbeda, adonan di tambah dengan santan namanya Pempek Adaan seperti yang di gambar, kalo yang warnanya kecoklatan namanya Pempek Kulit karena terbuat dari adonan yang di campur dengan kulit ikan. Satu lagi yang penting dan jangan sampai ketinggalan adalah cuko sebagai pasangan wajib pempek supaya lebih nikmat. Cuko adalah semacam kuah terbuat dari bawang putih dan cabe rawit hijau yang dihaluskan, kemudian direbus bersama gula merah batok yang telah dimasak bersama air. Cara makannya cukup dengan cara celupkan pempek ke cuko atau bisa juga rendam pempek ke dalam cuko, sesuai selera anda. Gimana tertarik mencoba berbagai macamnya pempek ? Langsung datang ke Palembang deh, karena dikota lain walaupun ada yang jual pempek cita rasanya beda dan tidak semua jenis tersedia.

Model Ikan isi tahu Rp 5.000,-
Model Ikan. Di dunia interlokal, makanan yang satu ini kalah populernya dengan pempek. Tapi jangan ditanya kalo di Palembang, ini menu favorit apalagi kalo cuaca dingin, hmm..makanan ini sangat cocok di santap selagi panas. Model sebenarnya adalah makanan modifikasi dari pempek. Kenapa dibilang modifikasi ? karena adonan model hampir sama dengan pempek, hanya dibuat sedikit agak sedikit lebih keras. Dikelompokan berdasarkan isi, model ada dua macam yaitu model tahu dan model telurSetelah adonan di rebus, model ditiriskan lalu potong-potong, kemudian di tambahkan kuah yang gurih terdiri dari bawang putih dan merica. Sekilas model tampak seperti bakso, ditambahkan mihun sebagai pengganti mie jika pada bakso. Pelengkap lainnya adalah potongan daun sop dan bawang goreng, tambahkan kecap dan sambal cabe rawit hijau. Hmmm...Maknyuuuuuus so jangan ragu untuk mencicipi juga menu ini jika berkunjung ke Palembang ya ;)

Model Gandum Rp 4.000,-
Model Gandum. Nah kalo yang satu ini sama seperti model ikan, tapi sesuai namanya maka model yang satu ini terbuat dari gandum bukan ikan. Adonan model gandum sama seperti membuat roti namun tidak dibuat selembut itu. Setelah adonan mengembang, satu per satu di goreng. Penyajiannya sama persis dengan model ikan tapi model yang satu ini lebih crispy ketika di gigit karena menggorengnya sengaja dibuat garing. Walaupun bukan terbuat dari ikan, makanan yang satu ini gak kalah enaknya loh dan hanya dapat ditemui di Palembang dan sekitarnya.

Masih banyak lagi makanan khas Palembang, tunggu posting selanjutnya ya :D

Rabu, 05 September 2012

sekilas tentang kota kelahiranku

Palembang, tidak banyak orang yang tau dimana kota ini berada. Pertama kali tiba di Jogja sebagai mahasiswa baru, kebanyakan orang yang mendengar kata Palembang akan bertanya ke aku "itu di daerah mana ya?". Palembang adalah ibu kota yang ada di salah satu pulau besar di Indonesia. Tahu Pulau Sumatera kan ?? Nah, Palembang adalah ibukota dari salah satu provinsi di dalamnya yaitu Sumatera Selatan. Secara geografis, Palembang terletak di 2°59′27.99″LS 104°45′24.24″BT eits jangan kaget, kok aku tahu banget,hehehe..ini nih sumbernya klik disini tadinya mau copas dari dinpar Palembang tapi lagi under construction. Nah sekarang sudah pada tahu kan, jadi jangan bingung lagi ya kalo ada yang nanya,hehehe..

Kali ini aku akan mengeposkan beberapa gambar yang di ambil ketika libur lebaran 2012. Bersama salah seorang sepupu, aku pergi ke pasar tradisional yang terletak di pinggir Sungai Musi. Capek berkeliling pasar, akhirnya kami putuskan untuk pulang namun sebelum itu untungnya aku masih sempat mengambil beberapa gambar. Pasar 16, nama pasar yang kami kunjungi terletak berdekatan dengan Jembatan Ampera yang menjadi ikon kota Palembang. Keduanya terletak di depan sebuah air mancur yang menjadi titik nol kilometernya Palembang. Selain itu, di titik ini kita juga dapat melihat salah satu masjid tertua disini yaitu Masjid Agung Palembang yang sempat direnovasi ulang pada tahun 2000an. Here they   are ;
titik nol kilometer Palembang berlatar Jembatan Ampera
titik nol kilometer Palembang berlatar Masjid Agung
pengaruh Sriwijaya tampak di salah satu bagian Masjid Agung
nah loh ini di Palembang apa di London yaaa ?? :D
Kota dengan slogan BARI (Bersih, Aman, Rapi, Indah) ini sudah tidak asing lagi bagiku. Lahir dan tumbuh disana ternyata tidak menjamin seseorang paham dan mengerti akan seluk beluk kotanya, contohnya ya aku sendiri *jangan ditiru ya >.< Semua anggota keluargaku lahir dan tumbuh di kota ini, kecuali bapak yang sedari lahir hingga SMK di Semarang, Jawa Tengah. Walaupun begitu, masih sangat banyak pengetahuan mengenai Palembang yang harus aku pelajari sehingga aku bisa bercerita lebih banyak dan dapat memperkenalkan kepada teman-teman yang lain. 

Setelah merayakan ulang tahun ke tujuh belas, akhirnya pilihan membawaku ke kota Pelajar hingga saat ini. Tiga tahun hidup di kota orang membuatku makin mencintai kota kelahiranku ini, setiap mudik aku pasti menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat menarik di Palembang yang kini semakin menjamur. Setiap kali pulang ke kota ini aku merasa menjadi orang asing di tanah sendiri, bagaimana tidak karena selalu ada perubahan dimana-mana. Makin banyak pertokoan, bangunan mewah dimana-mana, hingga lifestyle yang menurutku 'mewah'. Entahlah ini positif atau negatif bagi pertumbuhan daerah dan masyarakatnya. Apapun yang terjadi dengan kota ini, akan tetap membuatku selalu rindu akan keluarga, teman, dan sahabat yang selama ini mengukir cerita dalam ingatan. Apalagi makanannya, akan selalu membuatku rindu,hehehe.. Oiya tunggu posting selanjutnya tentang kuliner khas Palembang ya dan tunggu juga posting lainnya tentang tempat menarik di Palembang ;)

Jumat, 31 Agustus 2012

lagu untuk ibu

mother, how are you today ?
here is a note from your daughter
with me everything is ok
mother, how are you today ?

mother, don't worry i'm fine
i'm promise to see you this summer
this time there will be no delay
mother, how are you today ?

i found the man of my dreams
next time you will get to know him
many things happened while i was away
mother, how are you today ?


#mother how are you today - maywood

Senin, 27 Agustus 2012

mendadak labil

Beberapa bulan sebelum balik ke Palembang, sempet gentayangan di beranda facebook ku sebuah fotobox salah satu teman. "Eh kok bagus ya" gumamku dalam hati. Fotobox tersebut berlatar belakang sebuah papan tulis sehingga seolah-olah objek sedang berada di dalam ruang kelas. Dan ini mengingatkanku dengan cover film crazy little thing called love, sebuah film komedi romantis asal Thailand.

crazy little thing called love
crazy little thing called CRAZY :D
Gara-gara pengen banget foto seperti gambar, akhirnya aku dan dua sepupuku ini rela mengantri hingga antrian 21, woooow udah kayak antri ke dokter. Hingga gambar kami di ambil, nomor antrian sudah sampai pada nomor 59 loh. Demi gambar di atas, aku rela berdesakan di antara remaja-remaja belasan tahun yang masih ababil suka foto-foto di studio *ya termasuk aku sendiri dong,hahahaha..

Minggu, 26 Agustus 2012

(verry) Old School Never End

"Masa muda masa yang berapi-api" kata sang raja dangdut Rhoma Irama. Bukan..bukan tentang dangdut bahasan posting ku kali ini, jadi tenang aja jangan gelisah kayak gitu deh :D postingan kali ini ada hubungan nya sama kutipan Bang Haji tersebut. Masa muda berarti adalah masa sebelum sekarang, karena seberapa pun usia kita saat ini pasti lebih tua dari kala itu. Kita kembali ke lima belas tahun lalu ketika usiaku lima tahun dan bertemu dengan mereka yang masih sama-sama mengenakan seragam putih-merah. Selama enam tahun berikutnya kami selalu berada di kelas yang sama, melewati banyak perubahan pun bersama. Mulai dari cuma bisa mengeja kata sampai lancar baca alinea, gak bisa nulis sampai lancar mengarang bebas, gak bisa berhitung sampai lancar ngitung duit, hhee.. bahkan tumbuh pun kita sama-sama dari yang masih ingusan sampai sudah pintar dandan sendiri *loh.

Lebaran kali ini jadi momen untuk menyambung kembali tali silaturahmi kami yang sempat ngalor-ngidul ngulon-ngetan *nah loh ngerti kagak :D Bermodal komunikasi lewat selular akhirnya terkumpul lah sepuluh orang di hari reuni pertama, masih belum puas jalan bareng akhirnya kami mengadakan reuni kedua dengan jumlah personil tiga belas orang namun terdapat pergantian personil di dalamnya (gak mau kalah dong kita sama boyband/girlband yang ganti personil). Karena masih dalam suasana lebaran, jadi kami berkumpul di satu rumah dan berkunjung ke rumah teman-teman yang lainnya. Serunya udah kayak konvoi motor pengiring presiden :D

25/08/2012 personil reuni pertama : (baca dari kiri ke kanan)
eko, elvan, tanti, devi, tiwi, fitria, hendro, melly, icha, ondi
26/08/2012 personil reuni kedua : (baca dari kiri ke kanan)
devi, dwi, ria, eta, icha, derry, elvan, wasit, danil, tiwi, tanti, melly, ika
Walaupun dua kali mengadakan reuni tapi rasanya masih saja pengen ketemu lagi, ya  tahun depan Insya Allah masih diberi kesempatan reuni lagi pas aku libur lebaran dan mudik ke Palembang lagi ya temans ^^ dan semoga reuni berikutnya sekelas bisa ikutan kalo bisa sama wali kelas kita juga :D

Sabtu, 25 Agustus 2012

jauh di mata, tetap dekat di hati :D

Lebaran telah tiba "mulai dari nol yaaaaaa". Ucapan tersebut tidak berlaku bagi persahabatan kami, sekarang kan sudah gak nol lagi kalo dihitung mungkin sudah beribu kilometer, hehehe... Beda kelas, satu sekolah, dan bergabung di ekstrakulikuler yang sama, Palang Merah Remaja SMAN 1 Palembang menjadikan kami teman satu angkatan yang solid dan akrab. Tidak hanya pada saat itu, hingga kini kami tetap menjalin komunikasi walaupun jarak, waktu, dan kesempatan memisahkan. Lebaran memang menjadi momen yang pas bagi kami untuk berkumpul dan berbagi cerita setahun belakang, namanya juga ketemu setahun sekali :p

Sesi I di rumah Maya
maya-icha-merza-tanti
sanusi-iqbal-nanda-icha-maya-merza-tanti

Sesi II di rumah Iqbal
uswah-indah-tanti-icha
nanda-sanusi-uswah-icha-indah-tanti-iqbal-andra
Canda tawa mereka tidak pernah berubah, bagiku mereka tetap sama. Teman terbaik yang menginspirasi dan membawa semangat bagiku dari dulu hingga sekarang, tidak ada yang berubah. Walaupun 19 orang anggota angkatan kami tidak bisa datang semua, tidak mengurangi arti silaturahmi ini sendiri. Yang tepenting komunikasi di antara kami semua tetap terjaga. Jauh di mata tetap dekat di hati. Lebaran tahun depan lengkap ya sodara :D

Minggu, 19 Agustus 2012

Kamis, 09 Agustus 2012

menyapa sahabat

assalamualaikum // walaikumsalam
hai bang, apa kabar ?? // alhamdulillah ya kayak gini nih, baek kok
maaaaaaaaf banget, baru ini aku sempet jengukin kamu // ah elu sih emang parah tan, lupa kali ama gue
bukan gitu bang, lu tau sendiri kan gimana keseharian aku // iyeiye yang orang sibuk, kagak kayak gue
yaaaaah, maaf banget fadh bukan gitu maksud aku :( // gue maen-maen aja kali tan, serius amat lu
sial, ditipu nih aku, dasar jahil lu ~.~ // galon..galon :D

Ya kira-kira inilah hasil percakapan ku sendiri di dalam hati. Sesampainya di gerbang pintu besi yang mengelilingi komplek perumahan sahabatku, aku menerka-nerka kalimat di atas yang akan dilontarkan dengan gaya khas jahilnya. Satu tahun lalu aku datang kesini dengan tersedu-sedu, aku gak kuat melihatnya harus pindah rumah dan ninggalin kami di Jogja. Tapi kali ini aku datang gak pake tersedu-sedu, aku sudah bisa terima dan ikhlas dia pindah rumah lagi ke Jakarta, toh aku masih bisa jengukin kayak saat ini dan aku tetap bisa ndoain dari jauh supaya dia selalu bahagia. Aku yakin kamu pasti bahagia disana Fadh :)

Rest in Peace brother...

Selasa, 31 Juli 2012

artjog, melihat seni secara langsung

Yogyakarta kota seni. Tidak berlebihan rasanya jika aku sebut begitu. Beruntung bisa menjadi salah satu bagian di dalamnya. hampir setiap tahun, bulan, minggu, bahkan hari selalu ada agenda seni yang diselenggarakan. Salah satu agenda seni tahunan kota Yogyakarta adalah Artjog. Artjog yang merupakan singkatan dari Art of Jogja merupakan pameran barang seni hasil karya seniman dalam maupun luar Jogja.

Rasa penasaran kali ini membawaku ke Taman Budaya Yogyakarta untuk melihat-lihat. Dan decak kagum tidak hentinya aku lontarkan. Bermodalkan kamera analog yang aku gunakan dalam tahap belajar, beberapa gambar berhasil aku cetak. Ini dia.

pajangan pertama yang aku lihat
pohon kehidupan, full of colour ?
berbagai macam merk barang dan jasa, ada merk kamera analog ku juga loh :D
bohlam bekas juga punya nilai seni :)
hujaaaan, ini cuma efek pencahayaan loh, percaya?
aku dengan poster keramaian kota di belakangnya
Aku yang gak ngerti seni ini, seketika jatuh cinta dan berkata dalam hati "tahun depan wajib dateng lagi".

Minggu, 29 Juli 2012

mencuci mata di kota tetangga, Solo

Solo, entah sejak kapan pengen banget kesana daaaan baru kemaren ini kesampean. Menurut informasi seorang teman, kota yang bertetanggaan dekat dengan Jogja ini merupakan surganya kuliner dan barang jadul, ini nih yang terdengar menggiurkan bagi aku,hehe.. Suatu siang di kamar kost tercinta, bersama seorang teman kuliah yang juga seneng barang jaman dahulu kala, kami berencana mengunjungi Pasar Tri Windu Solo untuk sekedar mencuci mata dan membilas otak dengan melihat-lihat barang antik disana. Hari dan tanggal sudah ditentukan, tinggal eksekusi.

Hari yang ditunggu tiba, sejak malam sebelumnya aku mencoba menghubungi temanku tapi tidak kunjung berbalas :| Dengan semangat menggebu-gebu, akhirnya aku tetap berangkat ke Solo ditemani oleh Adhi *adik angkatan ku. Prambanan Ekspress atau yang biasa disebut kereta Prameks, menghantarkan kami berdua ke Stasiun Solo Balapan hanya dengan satu jam saja *promosi. Berbekal helm yang sudah dibawa-bawa dari Jogja, kami menanti jemputan Chiko *adik angkatanku juga yang bersedia menjadi penunjuk jalan selama kami disana. Tidak lama kemudian Chiko datang dengan temannya menggunakan dua sepeda motor, tidak mau membuang waktu kami langsung menuju Pasar Tri Windu.

Ada banyak keajaiban di pasar ini, semuanya membuat hati ini gundah gulana, pengen tapi gak mampu beli *miris alhasil yaaa emang cuma cuci mata.

gak kayak pasar, Tri Windu lebih mirip rumah
ini lapak yang paling menarik perhatianku, full of camera !
dan ini adalah nyata !
walaupun gak beli, boleh loh icip-icip pegang barang antik,hehe..
Tidak ada yang sia-sia bung! aku berhasil mengantongi kamera analog ini untuk jadi teman Minolta x300S ku, hanya dengan Rp 50.000,- saja pemirsa..senangnya!

teman baru saya, Fujica M1
Tidak berlama-lama, aku dan Adhi harus segera kembali ke Jogja karena jadwal kereta terakhir yang berangkat kesana sudah mepet jam *emang cuci mata bikin lupa waktu,ckck.. Ngebut-ngebutan di kota orang, tetep aja kami berdua ketinggalan kereta :| Karena satu dan lain hal, sebelum matahari terbenam kami harus sudah ada di Jogja maka jalan terakhir adalah naik bus. kembali diantar oleh Chiko dan temannya, kami menuju Terminal Tirtonadi Solo. Walaupun belum sempat keliling kota dan icip-icip makanan, yang terpenting udah nyampe juga impian nginjekin kaki di kota Solo,haha.. Oiyaa, adik-adik ku yang ganteng makasi ya sudah menemani perjalanan kali ini, spesial buat kalian berdua ni :

Chiko, sang pemandu
Adhi, teman seperjalanan

Jumat, 27 Juli 2012

berpisah itu menyakitkan, tapi harus #edisi celebes

Desa Bone-bone, 26 Juli 2011
Pagi buta (masih) di rumah Pak Idris, kami sudah siap dengan semua alat perang,hhe.. Hari ini kami akan melakukan pengabdian masyarakat kecil-kecilan yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan kami. Simpel, cara cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar, namun semoga bermanfaat besar bagi para malaikat kecil penerus bangsa di SD nun jauh ini.

gerbang menuju masa depan, SDN 159 Bone-bone
Sekolah Dasar Negeri 159 Bone-bone, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan : tempat ini adalah satu-satunya sekolah yang ada di desa Bone-bone. SMP ? SMA ? belum ada, sehingga untuk meneruskan sekolah ke tingkat lanjut anak-anak disini harus menempuh perjalanan hingga ke desa tetangga. Jangan ditanya seberapa jauh jaraknya, akan lebih cepat jika ditempuh dengan kendaraan tentunya. Inilah potret kehidupan sebagian kecil masyarakat di Indonesia, jauh dari fasilitas yang memadai bahkan hanya untuk bersekolah pun mereka bingung hendak kemana. Tidak meratanya pendidikan perlu menjadi agenda dan tugas besar bagi setiap warga di negara ini untuk memperhatikan dan mencari solusinya. Adalagi hal yang membuatku tertegun, guru yang mengajar di sekolah ini hanya ada empat orang saja untuk mengajar di enam kelas. Dua orang berdomisili di Bone-bone sekaligus menjadi penjaga dan pengurus sekolah, yang dua lagi harus menempuh perjalanan berjam-jam untuk sampai di SD ini. Setiap hari beliau rela bolak-balik demi membagikan ilmu yang mereka punya. Subhanallah..

kenalan dulu yok sama Pak Guru, hehe..
Ayu dan Widda memberikan pengarahan cara sikat gigi yang baik dan benar
Sebelum melakukan praktek cuci tangan dan gosok gigi bersama, beberapa dari kami masuk ke kelas untuk perkenalan dan memberikan pengarahan, sedangkan yang lain mempersiapkan perlatan dan tempat. Sesi pertama membuat kami sedikit kesulitan, anak-anak kelas satu hingga kelas tiga banyak yang belum bisa berbahasa Indonesia sehingga terjadilah semacam bahasa isyarat ketika mereka berbicara kepada kami. Anak-anak ini juga masih malu-malu dengan kedatangan kami, namun ini semua tidak lantas membuat kami berantakan walaupun begitu acara tetap berlangsung lancar sesuai rencana. Sesi dua membuat kami sedikit lebih santai, anak-anak kelas empat hingga kelas enam sangat komunikatif sehingga suasana pun mencair dengan canda tawa dan tentunya berakhir lancar sesuai rencana.

antri dulu ya adik-adik :)

sikat ayo sikat :D

nah sekarang cuci tangannya juga ya :)

foto bersama di SDN 159 Bone-bone, senyuuuuum !
Hari yang sangat menyenangkan, entah kenapa setiap melihat canda tawa anak-anak membuatku lupa akan segala hal. Dan membuatku ingin berlama-lama bersama mereka. Namun sayang, lagi-lagi waktu yang harus memisahkan. Hari ini terakhir kalinya kami berkegiatan di Bone-bone. Sore nanti truk sayur akan datang karena bertepatan dengan hari pasar, kami pun menumpang hingga ke kota. Semua barang sudah ter-packing rapi, truk pun telah datang, ah rasanya aku tidak ingin pulang, aku sudah merasa nyaman disini. Berpamitan dengan ibu dan adik-adik membuatku ingin meneteskan air mata pertanyaan demi pertanyaan pun muncul di benakku. Kapan kesini lagi ? Kapan bisa bertemu lagi ? Kapan, kapan, kapan ? Berpisah itu menyakitkan, tapi harus kami lakukan karena setiap manusia memang memiliki jalan berbeda untuk hidupnya, dan jalan kami adalah kembali ke Jogja untuk menuntut ilmu.

tim bersama istri dan anak bungsu dari Pak Idris
*Pak Idris belum pulang kerja
bersama Pak Idris
*gak sengaja ketemu di perbatasan desa
Seiring dengan lambaian tangan kecil anak Bone-bone pada kami, teriring pula doa agar apa yang kami lakukan dapat membawa manfaat bagi semua warga disini. Subhanallah, betapa mereka semua sangat menginspirasi, semoga aku pun dapat mengambil pelajaran dari keajaiban mereka. 
sampai jumpa lagi Bone-bone :)
Truk ini akan membawa kami ke kota Cakke, tempat tinggal keluarga Nanang. Nanang yang sewaktu menemani kami baru saja tiba dari Medan karena mengikuti acara Temu Wicara Mapala se-Indonesia, bermaksud untuk menemui keluarganya sebentar untuk memberi kabar. Kami yang menganggap Nanang adalah kompas, sudah pasti kami ikut saja, hhee.. Dari Cakke kami melanjutkan perjalanan pulang dengan men-carter angkutan umum (lagi).

Samalona, pulau kecil menawan hati #edisi celebes

Makassar, 27 Juli 2011
Bangun pagi, mandi, sarapan, jalan-jalan :D Sembari menanti jadwal keberangkatan kapal yang akan membawa tim kembali ke Pulau Jawa, tentu saja kami tidak menyia-nyiakan waktu dua hari untuk menikmati kota Makassar. Berdasarkan rekomendasi Baso (Ketua KORPALA) terdapat sebuah pulau kecil di seberang kota Makassar yang memiliki pemandangan indah dan cocok untuk bersnorkling ria. Kami pun tertarik setelah melihat beberapa koleksi foto pribadi milik Baso. Setelah sarapan kami berangkat dengan angkutan umum entah kemana, pokoknya ngikut Kak Baso, Kak Ratna, dan Kak Nadia, hehe..

Angkutan kami berhenti di sebuah jalan raya yang tidak terlalu lebar namun ramai pejalan kaki, kendaraan dan pertokoan di kanan kirinya. Dari sini tak tampak tanda-tanda adanya pelabuhan apalagi kapal. Baso dkk menuntun kami berjalan memasuki sebuah gapura yang ternyata adalah pintu masuk ke sebuah dermaga kecil. Disinilah kami dapat menemui perahu motor yang akan mengantar menyeberang. Satu per satu dari kami menaiki perahu, karena jumlah yang lumayan banyak kami menggunakan dua perahu untuk sampai disana.
siap menyeberang ? action :D
Aku sempat takut ketika perahu terasa oleng oleh ombak *maklum gak bisa renang ~~ Setelah kurang lebih lima belas menit berada di kapal kecil bermotor, akhirnya kami tiba di daratan, 
yuuuuup Pulau Samalona, welcome !
selamat datang di samalona !
Pasir pulau ini putih, karangnya bagus, suasananya sangat tenang. Aku bukanlah maniak pantai, gak bisa snorkling apalagi renang *sial ! tapi untungnya gak takut main air di pinggiran, hhee... Tapi seketika aku bergumam dalam hati "aku suka pantai !" ketika menginjakkan kaki di pulau ini. Bagaimana aku tidak suka, ini nih penampakannya, so amazing !




Samalona tidak terlalu luas, hanya ada beberapa kepala keluarga dan bangunan di pulau ini, dalam waktu dua puluh menit saja kita sudah bisa mengelilingi seluruh pulau. Begitu sampai di salah satu rumah sewa, kami duduk sesaat menikmati angin sepoi-sepoi di Samalona. Beberapa menit kemudian, makan siang yang dipesan pun selesai dimasak. Akhirnya kami  putuskan untuk makan siang terlebih dahulu sebelum terjun bermain air. Menu khas pulau ini adalah ikan ? hmm.. ikan apa ya namanya, aku lupa @@ Ikan bakar, buncis tumis, sambal pedas maha dahsyat membuat siang terasa makin panas.


ludes..des..des..tanpa sisa :D
Makan siang selesai, saatnya bermain air, yeaaay.. Dengan menyewa sebuah canoe kami bermain di pinggiran pulau. Berendam, renang-renang, snorkling, duduk main pasir, serasa kembali ke masa kecil,hehe..

entah kenapa, ini adalah salah satu foto favorit saya :)
Perlahan matahari mulai kembali turun ke garis cakrawala di kejauhan, sebagai tanda kami harus segera mengakhiri suasana menyenangkan ini dengan terpaksa. Seolah belum mau ditinggalkan, pulau ini memberikan salam terakhirnya dengan menyuguhkan sunset sebelum akhirnya kami bertolak kembali ke Makassar.



Selamat tinggal Samalona, ketika aku mendengar lagu Samalona-Imanez sudah pasti aku bisa membayangkan mu kembali :)