Senin, 17 September 2012

sepuluh menit, untuk sebuah puisi


Aku mendengarmu berbisik di balik Puncak megahmu
Memanggil-manggil ke negeri di atas awan
Tergesa-gesa ku seret tubuh lemahku
Menapaki tiap kesabaran yang kau janjikan
Aku yakin kau tak kan pernah mengingkarinya

Setiap jengkal langkah adalah keberanian
Keberanian melawan ketidakberdayaan
Setiap tetes peluh adalah pengorbanan
Pengorbanan atas suatu impian
Itu yang kau katakan padaku

Perlahan cahaya petang meredup dari pandangan,
Berganti langit muram menyaksikan malam,
Gemericik air berkejar-kejaran membasahi kehidupan,
Angin pun turut serta menghujam tiap persendian tulang,
Aku tahu inilah caramu menyambutku

Bentangan eddelweis mu selalu membayangi,
Membuat diri ini ingin segera bersandar pada keabadiannya,
Menyaksikan mentari perlahan naik bersamamu,
Mandalawangi …
Aku cinta pada caramu menyadarkanku

Mandalawangi, Gunung Pangrango 2011 - Tanti

*Bongkar-bongkar folder lama di laptop eh ketemu puisi di atas yang ku buat sebagai tugas menulis cerita perjalanan yang menjadi kebiasaan di MAPAGAMA. Kala itu kami (cewek-cewek MAPAGAMA) baru saja sampai di Jogja setelah mendaki Gunung Pangrango di Jawa Barat dalam rangka memperingati Hari Kartini. Tidak ada banyak waktu untuk menulis cerita, Mandalawangi berhasil membuatku menyusun sebuah puisi hanya dalam sepuluh menit saja. WOW, padahal dalam keseharian ini bukan pekerjaan mudah bagi saya bung !

Rabu, 12 September 2012

pohon beringin jadi saksi

Dua tahun berlalu, ini kedua kalinya kami berkumpul dan akhirnya jalan bareng lagi. Susahnya minta ampun buat nyatuin jadwal ketemu yang kebetulan kami memang studi di jurusan berbeda, fakultas berbeda, walaupun universitas sama. Pertengahan tahun 2009 kami di pertemukan di deret-deret pintu kamar di satu rumah yang sama. Entah bagaimana cerita pasti kami berkenalan, yang pasti adalah kami teman satu kos dan berteman akrab. Merasa senasib sepenanggungan, jauh dari rumah, jauh dari keluarga, dekat sama kampus *loh. Kami yang pada saat itu adalah Maba (Mahasiswa Baru) dan warga baru Jogja mulai penasaran dengan segala hal yang ada di kota ini. Mulai dari nyari makan, jalan-jalan, beli ini-itu, tidur, bahkan curhat kami pun sering bareng, hehehe.. 

Empat semester bersama, akhirnya satu per satu dari kami bermaksud pindah mencari tempat huni yang lebih nyaman. Imma ngontrak rumah bersama teman sesama fakultasnya, aku pun pindah ke tempat yang lebih dekat dengan fakultas. Sedih kalo inget harus pindah kos, mereka keluarga kecil pertamaku di rantau. Seneng di ketawain, sedih di hibur, males di semangatin, sakit di rawatin, curhat di dengerin. Belum ketemu tandingannya di dua kali aku pindah kos. Semester lalu, ternyata Elly juga pindah kos jadi tinggal Nuri dan Wiwid deh di antara kami berlima yang masih setia tinggal disana.

Tanpa rencana, kemarin sore pesan singkat dari Nuri masuk ke ponsel ketika aku sedang part time. "Tantiii, ntar aku mw nginep di tmpt ima. Mw ikut?" tanpa banyak tanya aku pun langsung membalas tanda setuju. Sepulang kerja aku pun langsung datang ke kontrakan Imma yang tidak jauh dari kos. Sesampainya disana sudah ada Nuri dan Wiwid yang lagi makan malam dan tidak lama kemudian Elly pun datang. Horeee pesonilnya lengkap :D Setelah semuanya berkumpul, kami memutuskan untuk menghabiskan waktu di alkid  alias alun-alun kidul (Alun-alun selatan Keraton Yogyakarta). 

alun-alun selatan Keraton Yogyakarta
Pernah dengar cerita tentang dua pohon beringin disana ? Jadi gini, di tengah-tengah alkid terdapat dua pohon beringin besar yang letaknya menyerupai sebuah gerbang. Ada sebuah mitos tentang kedua pohon ini, jika kita berhasil lewat di antara keduanya dengan mata tertutup maka apa yang kita rencanakan akan berjalan lurus. Kemudian hal tersebut lebih dikenal dengan sebutan masangin, berjalan melewati kedua pohon beringin dengan mata tertutup. Jarak di antara keduanya lumayan jauh sekitar 10 meter, dengan kasat mata kita pasti yakin mampu melewatinya, ini kedua kalinya aku mencoba dan tetap gagal. Aku tidak tahu pasti apa hanya perasaan saja atau pengaruh mitos yang terlalu bergentayangan di kepalaku. Ketika mulai berjalan dengan mata tertutup mendadak suasana sekitar yang tadinya ramai menjadi hening seperti ada sekat di antara kami. Selama berjalan aku selalu memanggil-manggil teman-temanku ini agar aku yakin bahwa mereka memang masih ada di sekitarku. Bukannya berhasil melewati pohon, aku malah berputar arah padahal aku yakin benar langkahku lurus ke arah pohon. Tidak satu pun di antara kami berlima berhasil melewati kedua beringin ini. Hmm.. boleh percaya boleh tidak, namanya mata di tutup ya wajarlah jalannya melenceng, hehehe.. Penasaran ?? Ayo ke Jogja dan coba !

Nuri dan yg lain selalu di dekatku, tapi rasanya bener-bener sendiri
Imma yang terakhir kali nyoba, gagal juga
capek abis masangin, wajib hukumnya bagi kami untuk foto-foto, hahahaha :D

wiwid-nuri-imma-elly (kiri ke kanan)


bayang sahabat :)
boleh dong narsis juga :p
Destinasi terakhir kami kali ini adalah, Ronde. Ronde adalah salah satu minuman khas Jogja, satu mangkok kecil berisi air jahe hangat dengan potongan roti tawar, kacang tanah sangrai, potongan kolang-kaling, dan dua buah ronde (bola-bola dari sagu yang berisi kacang). Cukup dengan lima ribu rupiah saja kita sudah bisa menikmati minuman hangat kesukaanku ini. Sembari mengobrol tidak terasa ronde di mangkok habis tak bersisa, pengamen pun sudah selesai bernyanyi. Jam di tangan menunjukan angka 01.42 WIB, waktunya kembali ke kontrakan Imma. Perjalanan sederhana namun bermakna, bersama empat orang teman luar biasa kami mengawali pagi. Semoga masih ada perjalanan selanjutnya :)

Sabtu, 08 September 2012

makanan ala Palembang #bagian 1

Pempek Adaan dan Pempek Kulit Rp 1.000,-/buah
Pempek. Siapa yang belum tahu sama makanan yang satu ini ??? Setiap orang yang tahu Palembang pasti mengenal makanan khasnya adalah pempek. Pempek terbuat dari adonan sagu dan ikan tenggiri giling (bisa juga ikan lain tapi tertentu) yang ditambah garam secukupnya. Adonan yang telah jadi kemudian di bentuk sesuai macam dan di rebus. Pempek yang dibentuk memanjang tanpa isi namanya Pempek Lenjer, Pempek Kerupuk di cetak dengan alat khusus sehingga berbentuk seperti cacing yang kemudian di ambil segenggam dan dibentuk bulat-bulat. Adapula pempek dengan berbagai macam isi antara lain Pempek Telur (disebut kapal selam kalo yang ukuran besar), Pempek Tahu, Pempek Kates (pepaya muda), Pempek Udang. Nah adalagi pempek dengan jenis yang berbeda, adonan di tambah dengan santan namanya Pempek Adaan seperti yang di gambar, kalo yang warnanya kecoklatan namanya Pempek Kulit karena terbuat dari adonan yang di campur dengan kulit ikan. Satu lagi yang penting dan jangan sampai ketinggalan adalah cuko sebagai pasangan wajib pempek supaya lebih nikmat. Cuko adalah semacam kuah terbuat dari bawang putih dan cabe rawit hijau yang dihaluskan, kemudian direbus bersama gula merah batok yang telah dimasak bersama air. Cara makannya cukup dengan cara celupkan pempek ke cuko atau bisa juga rendam pempek ke dalam cuko, sesuai selera anda. Gimana tertarik mencoba berbagai macamnya pempek ? Langsung datang ke Palembang deh, karena dikota lain walaupun ada yang jual pempek cita rasanya beda dan tidak semua jenis tersedia.

Model Ikan isi tahu Rp 5.000,-
Model Ikan. Di dunia interlokal, makanan yang satu ini kalah populernya dengan pempek. Tapi jangan ditanya kalo di Palembang, ini menu favorit apalagi kalo cuaca dingin, hmm..makanan ini sangat cocok di santap selagi panas. Model sebenarnya adalah makanan modifikasi dari pempek. Kenapa dibilang modifikasi ? karena adonan model hampir sama dengan pempek, hanya dibuat sedikit agak sedikit lebih keras. Dikelompokan berdasarkan isi, model ada dua macam yaitu model tahu dan model telurSetelah adonan di rebus, model ditiriskan lalu potong-potong, kemudian di tambahkan kuah yang gurih terdiri dari bawang putih dan merica. Sekilas model tampak seperti bakso, ditambahkan mihun sebagai pengganti mie jika pada bakso. Pelengkap lainnya adalah potongan daun sop dan bawang goreng, tambahkan kecap dan sambal cabe rawit hijau. Hmmm...Maknyuuuuuus so jangan ragu untuk mencicipi juga menu ini jika berkunjung ke Palembang ya ;)

Model Gandum Rp 4.000,-
Model Gandum. Nah kalo yang satu ini sama seperti model ikan, tapi sesuai namanya maka model yang satu ini terbuat dari gandum bukan ikan. Adonan model gandum sama seperti membuat roti namun tidak dibuat selembut itu. Setelah adonan mengembang, satu per satu di goreng. Penyajiannya sama persis dengan model ikan tapi model yang satu ini lebih crispy ketika di gigit karena menggorengnya sengaja dibuat garing. Walaupun bukan terbuat dari ikan, makanan yang satu ini gak kalah enaknya loh dan hanya dapat ditemui di Palembang dan sekitarnya.

Masih banyak lagi makanan khas Palembang, tunggu posting selanjutnya ya :D

Rabu, 05 September 2012

sekilas tentang kota kelahiranku

Palembang, tidak banyak orang yang tau dimana kota ini berada. Pertama kali tiba di Jogja sebagai mahasiswa baru, kebanyakan orang yang mendengar kata Palembang akan bertanya ke aku "itu di daerah mana ya?". Palembang adalah ibu kota yang ada di salah satu pulau besar di Indonesia. Tahu Pulau Sumatera kan ?? Nah, Palembang adalah ibukota dari salah satu provinsi di dalamnya yaitu Sumatera Selatan. Secara geografis, Palembang terletak di 2°59′27.99″LS 104°45′24.24″BT eits jangan kaget, kok aku tahu banget,hehehe..ini nih sumbernya klik disini tadinya mau copas dari dinpar Palembang tapi lagi under construction. Nah sekarang sudah pada tahu kan, jadi jangan bingung lagi ya kalo ada yang nanya,hehehe..

Kali ini aku akan mengeposkan beberapa gambar yang di ambil ketika libur lebaran 2012. Bersama salah seorang sepupu, aku pergi ke pasar tradisional yang terletak di pinggir Sungai Musi. Capek berkeliling pasar, akhirnya kami putuskan untuk pulang namun sebelum itu untungnya aku masih sempat mengambil beberapa gambar. Pasar 16, nama pasar yang kami kunjungi terletak berdekatan dengan Jembatan Ampera yang menjadi ikon kota Palembang. Keduanya terletak di depan sebuah air mancur yang menjadi titik nol kilometernya Palembang. Selain itu, di titik ini kita juga dapat melihat salah satu masjid tertua disini yaitu Masjid Agung Palembang yang sempat direnovasi ulang pada tahun 2000an. Here they   are ;
titik nol kilometer Palembang berlatar Jembatan Ampera
titik nol kilometer Palembang berlatar Masjid Agung
pengaruh Sriwijaya tampak di salah satu bagian Masjid Agung
nah loh ini di Palembang apa di London yaaa ?? :D
Kota dengan slogan BARI (Bersih, Aman, Rapi, Indah) ini sudah tidak asing lagi bagiku. Lahir dan tumbuh disana ternyata tidak menjamin seseorang paham dan mengerti akan seluk beluk kotanya, contohnya ya aku sendiri *jangan ditiru ya >.< Semua anggota keluargaku lahir dan tumbuh di kota ini, kecuali bapak yang sedari lahir hingga SMK di Semarang, Jawa Tengah. Walaupun begitu, masih sangat banyak pengetahuan mengenai Palembang yang harus aku pelajari sehingga aku bisa bercerita lebih banyak dan dapat memperkenalkan kepada teman-teman yang lain. 

Setelah merayakan ulang tahun ke tujuh belas, akhirnya pilihan membawaku ke kota Pelajar hingga saat ini. Tiga tahun hidup di kota orang membuatku makin mencintai kota kelahiranku ini, setiap mudik aku pasti menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat menarik di Palembang yang kini semakin menjamur. Setiap kali pulang ke kota ini aku merasa menjadi orang asing di tanah sendiri, bagaimana tidak karena selalu ada perubahan dimana-mana. Makin banyak pertokoan, bangunan mewah dimana-mana, hingga lifestyle yang menurutku 'mewah'. Entahlah ini positif atau negatif bagi pertumbuhan daerah dan masyarakatnya. Apapun yang terjadi dengan kota ini, akan tetap membuatku selalu rindu akan keluarga, teman, dan sahabat yang selama ini mengukir cerita dalam ingatan. Apalagi makanannya, akan selalu membuatku rindu,hehehe.. Oiya tunggu posting selanjutnya tentang kuliner khas Palembang ya dan tunggu juga posting lainnya tentang tempat menarik di Palembang ;)