Senin, 16 Juli 2012

tempat lain di Sulawesi Selatan #edisi celebes

Baraka, 16 Juli 2011
Semua keperluan sudah ter-packing rapi, sebuah angkutan kota sudah menunggu di depan, kami pun bertolak meninggalkan Mabes Korpala. Ditemani Nanang, kami berhenti di pinggir jalan raya menemui sopir angkutan carter yang telah kami hubungi di hari sebelumnya. Angkutan yang akan mengantar kami ke kecamatan Baraka ini tidak tampak seperti angkutan kota biasa, karena ini adalah mobil jenis kendaraan pribadi yang biasa dipakai untuk jalan-jalan keliling kota, yaaa namanya mirip-mirip nama salah satu hewan yang ada di bonbin :D

yang sabar ya naaaaaaaak :D
Sepuluh orang, sepuluh carrier (ransel gunung), sembilan ransel biasa, semua jadi satu di dalam mobil ini. Alhasil, saling tumpang tindih tidak dapat terelakkan. Diperlukan waktu kurang lebih lima jam untuk sampai di jantung kota Kabupaten Enrekang. Bayangkan lima jam untuk posisi duduk yang tidak nyaman seperti ini, hahaha.. aku sendiri tidak percaya kami telah melalui itu :D Namun canda tawa selama perjalanan membuat kami lupa akan kondisi yang kurang mengenakkan ini. Sebelum tiba di Kabupaten Enrekang, kami melewati beberapa kabupaten lain di antaranya Kabupaten Maros yang terkenal dengan tebing-tebing bebatuan karstnya. Pemandangan indah di kanan-kiri selama perjalanan seolah membayar ketidaknyamanan kami. Kota, pedesaan, hutan, tebing karst, hingga kuburan gantung di tebing-tebing. Ya di Sulawesi Selatan lebih tepatnya, dikenal istilah kuburan gantung, dimana peti jenazah digantung di tebing-tebing. Sungguh tidak habis pikir bagaimana orang-orang bisa melakukannya, luar biasa memang bermacam-macam adat istiadat di Indonesia-ku ini.

becak motor
salah satu bentuk rumah di pinggir jalan Maros
ini langsung berbatasan dengan jalan raya loh
tebing bambapuang berdiri kokoh di kejauhan
di tebing ini nih ada peti-peti jenazah di gantung
Kantor Polsek Barak
Kami sempat berhenti sejenak di perjalanan untuk makan siang dan mengurus perizinan ke kantor Bupati Enrekang, lumayanlah bisa ngelurusin tulang-tulang yang sempat bengkok di perjalanan, hahahaha.. Kurang lebih tujuh jam perjalanan, akhirnya kami sampai di kantor polisi Sektor Baraka yang sesuai rencana akan dijadikan pos pemasangan instalasi komunikasi. Selama di gunung, komunikasi tim akan di delay ke sini agar dapat memberi kabar ke pihak basecamp Aquarium. Selesai melapor, kami menuju sekretariat KPA Lembayung (Kelompok Pencinta Alam, umum bukan mahasiswa) lagi-lagi Nanang adalah kompas yang selalu tahu kemana kami harus menuju :D

SDN 105 Baraka
Setelah berjalan tidak terlalu jauh, kami berhenti di depan sebuah Sekolah Dasar yang sepi, karena memang ini adalah hari sabtu sore yang berarti kegiatan belajar-mengajar sudah berakhir. Masuk ke dalamnya kami bertandang ke rumah penjaga sekolah yang tidak lain tidak bukan adalah seorang  bapak paruh baya yang ternyata menjabat sebagai ketua KPA Lembayung, beliau adalah Pak Dadang. Usai ramah-tamah kami di antar ke belakang sekolah yang tak terlalu luas ini, sebuah bangunan sederhana berdiri kokoh dan inilah sekretariat KPA Lembayung. Tidak seperti yang aku bayangkan, di dalam bangunan ini tidak ada lemari-lemari arsip, peralatan kesekretariatan atau pun alat-alat layaknya sekretariat pencinta alam pada umumnya. Yang ada hanya beberapa figura dan foto kegiatan yang tampak sudah usang tergantung di beberapa sisi dinding. Namun entah mengapa tempat ini nyaman. Kami pun beristirahat dan bermalam di tempat ini untuk melanjutkan agenda lain esok hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar